Merujukpada pemaparan di atas, maka selayaknyalah di dalam sebuah karya sastra, terutama novel, menggambarkan keselarasan hidup laki-laki dan perempuan yang seimbang, mengacu pada pengalaman khasnya masing-masing, tanpa terpengaruh oleh apapun jenis kelamin penulisnya. Hal ini menjadi penting, karena di era keterbukaan seperti saat ini, sebuah karya tidak dapat dikhususkan hanya bagi 6Novel Terbaik yang Diterjemahkan dari Bahasa Arab, Insightful Banget Salah satunya sabet Man Booker International Prize novel terjemahan bahasa Arab terbaik ( Terjemahanuntuk 'novel' dalam kamus bahasa Inggris gratis dan banyak terjemahan bahasa Inggris lainnya. bab.la - Online dictionaries, vocabulary, conjugation, grammar Toggle navigation share Halini ditujukan untuk tulisan cerita beserta alur, karakter, hingga penyajikan kalimatnya. Dalam sebuah novel biasanya terdiri dari beberapa bab dengan isi cerita yang berbeda-beda. Pada paragraf deskripsi yang menggambarkan suasana atau latar dalam cerita, harus menggunakan bahasa baku. Penggunaan bahasa dalam novel harus disesuaikan dengan kejadian yang terjadi dalam cerita. Jika memang ada percakapan dalam novel, penggunaan bahasa baku tersebut bisa disesuaikan dengan bahasa sehari-hari. KAJIANPRAGMATIK KESANTUAN BERBAHASA ARAB PADA NOVEL KAUKAB AMUN KARYA SALLY MAGDI Siti Aminah Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Indonesia E-mail : aminah_arb@ This article discusses the politeness in Arabic speech especially on the politeness strategies used by the characters in the novel Kaukab AmĆ«n. Vay Tiền Online Chuyển KhoáșŁn Ngay. Genesis Novel Arab Pembaca sastra arab di Indonesia dapat dipastikan tidak asing dengan nama Najib Mahfudz, Najib al-Kailani, Nawal Sa’dawi, Mustafa al-Manfaluti, dan Ali Ahmad Bakastir. Mereka adalah deretan nama dari sederet nama-nama novelis arab yang karyanya banyak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Novel yang secara kebahasaan berarti “baru” menjadi penciri produk sastra modern di area kesusastraan bangsa-bangsa, termasuk dalam kesusastraan Arab. Kritikus sastra arab berdebat dalam hal akar dan genesis novel arab. Jika dikatakan novel Arab bergenesis dari Barat, hal ini tidak bisa dipungkiri karena pasca runtuhnya Khilafah Islamiyyah Baghdad pergerakan sastra arab cenderung agak membeku, dan kembali mencair pada saat Mesir bersentuhan langsung dengan Perancis dan Inggris, dan masuk begitu deras kebudayaan dan ilmu pengetahuan Barat termasuk novel di Arab. Jika dikatakan novel Arab bergenesis dari peradaban Arab sendiri, hal ini juga tidak bisa dipungkiri karena kesusastraan arab pernah mengalami puncak kejayaan pada masa Dinasti Abbasiyah 750-1250 M dengan berbagai macam produk sastra yang mendunia seperti Seribu Satu Malam, al-Bukhala, Hayy bin Yaqdzan, Kalilah wa Dimnah, dan lainnya. The Origin of Modern Arabic Fiction adalah buku karya Matti Moosa yang telah dirampungkan penulisan naskahnya pada tahun 1970 dan baru diterbitkan pada tahun 1983. Matti Moosa berasal dari Mosul Iraq, dan pada tahun 1965 menjadi warga negara Amerika. Dia menyelesaikan studi hukum di Baghdad Law School, Irak, dan mendapatkan gelar MA dan dari Columbia University di New York dalam bidang Middle Eastern History and Culture sejarah dan kebudayaan Timur Tengah. Di dalam buku ini Moosa menjelaskan perkembangan novel arab pada abad 19 dan 20, dan menelusuri akar genesisnya dari tradisi kesusastraan Barat atau dari kesusastraan Arab sendiri. Istilah fiksi di sini mencakup Novel, Cerpen dan Drama. Moosa dalam pendahuluan h. ix menjelaskan titik tolak pembahasannya menekankan kepada etos kebudayaan bangsa arab pada saat kemunculan genre novel ini. Dibandingkan etos kebudayaan Barat, masyarakat Arab relatif lebih tertinggal, hal ini diukur dari kemunculan dan kematangan genre novel tidak mencapai hasil yang memadai sampai pertengahan akhir abad ke-20. Jadi, menurut Moosa, gagasan tentang fiksi arab berupa novel pada abad ke-19 masih samar dan tidak jelas. Moosa mencatat tradisi fiksi arab dimulai dari kemunculan drama untuk pertama kalinya pada tahun 1840 oleh Marun Naqqash, penulis Suriah. Tradisi drama ini menjadi panggung sastra di dunia Arab pada abad ke-19. Setelah Naqqash meninggal pada tahun 1855, Saudaranya membentuk kelompok amatir yang berkeliling di Stiria. Setelah Meninggal dunia Naqqasg, diteruskan oleh keponakannya Salim Khalil Naqqash dan membentuk kelompok profesional yang memproduksi tidak hanya dari karya pamannya, juga memproduksi sendiri. Karena tidak ada penontonnya di Lebanon, Kelompok Salim Khalil ini berpindah ke Mesir. Di Mesir, Salim Naqqash dan kelompoknya mementaskan produksi karyanya dan Pamannya tetapi tidaklah seratus persen ber”bahan” lokal. Kebanyakan adalah mengadaptasi gaya Drama Barat, Misalkan Drama al-Bakhil karya Marun Naqqash yang dianggap sebagai Drama Arab asli, tema dan inspirasinya berasal dari L’Avare karya Moliere. Selain terinspirasi oleh drama Barat, Marun juga mengambil ide dari cerita Klasik Arab seribu satu malam. Kesimpulannya, bahwa genuine creativity was lacking, Kreativitas asli Arab adalah tidak mencukupi lagi. Produksi drama arab lainnya adalah Ya’qub Shannu’, seorang Yahudi Mesir, yang mendirikan Teater pada tahun 1870, Tetapi kemudian ditutup oleh Khedive Ismail karena telah menyinggungnya ketika memproduksi dan mementaskan drama berjudul al-Dlarratain. Ketersinggungannya ini karena mengkritik praktik Poligami Khedive Ismail. Pasca peristiwa Shannu’ ini nasib drama di Mesir terus menurun. Perkembangan lainnya yang mengawali dunia fiksi atau novel arab adalah munculnya tradisi penerjemahan fiksi Barat dan menyebar pada akhir abad ke-19. Fenomena penerjemahan ini adalah fenomena alamiah, ketika para penulis arab telah “kehabisan” ide-ide lokalitas dan genuisitas Arab maka para penulis ini mencari tema dan teknik baru untuk menjadikan corong ekspresi etos kebudayaan mereka. Fiksi Barat yang diterjemahkan kebanyakan dari Perancis, untuk kasus di Mesir karena persentuhan dan pengiriman delegasi ilmiah ke Perancis pada masa Muhammad Ali dan di Suriah karena bersentuhan dengan para misonari Kristen Perancis. Baru, setelah didirikan Syirian Protestant College saat ini American University of Beirut, Penulis Arab mulai menerjemahkan dari Inggris. Walaupun mendapatkan pertentangan dari kalangan Tradisionalis Arab yang menganggap bahwa penerjemahan ini adalah Amoral, tetapi karya-karya terjemahan ini mendapatkan pembaca baru khususnya Fiksi romantik. Walaupun penerjemahan-penerjemahan ini memberikan “rasa baru” terhadap kebahasaan Arab selain tema dan teknik baru karya sastra, namun menurut kalangan tradisionalis Arab penerjemahan ini telah merusak keindahan bahasa arab dan memberikan pengaruh negatif terhadap moral masyarakat. Pembahasan fiksi arab modern tidak akan lengkap tanpa menyebut perkembangan genre maqamat. Dimana, ketidakcukupan ekspresi etos kebudayaan Arab menjadikan sebagian para penulis Arab mencari model dari genre klasik Arab yaitu Maqama. Bentuk maqama ini dimunculkan kembali pada masa modern ini dan juga bertujuan untuk menampilkan keindahan bahasa arab. Diantara karya Maqama adalah Abdullah An-Nadim dengan karya “Kitab al-Masamir”, Ibrahim al-Muwaylihi dalam Hadits isa ibn Hisyam aw fatrah min az-zaman, dan lainnya. Setelah “percobaan” fiksi arab di atas mulai muncul Novel pertama dalam definisi Barat dalam sastra Arab yaitu karya Salim al-Bustani “al-Huyam fi Jinan al-Sham”, walapun ini juga masih terpengaruh dengan gaya-gaya seribu satu Malam. Karya yang lainnya muncul kemudian adalah Jurji Zaidan seorang Kristen berkebangsaan Lebanon yang menulis Novel Sejarah. Dan Baru pada awal abad 20, banyak penulis arab yang mencoba menulis novel yaitu Muhammad Husain Haikal dengan judul Zainab. Pada tahun 1930-1940 an mulai ada pandangan baru dari para penulis arab dan bermunculan para novelis seperti Mahmud Thahir Lashin, Mahmud Taimur, Taufiq al-Hakim, Taha Husein, Ibrahim al-Mazini, dan lainnya, sampai kepada Najib Mahfudz. Generasi Novelis baru ini rata rata mengenyam pendidikan Barat dan dengan “sense of West” mengembangkan tradisi novel di Arab. Walaupun demikian perkembangan selanjutnya secara umum menuju karakteristik Realism, dan hal ini bukan karena kreativitas individu tetapi tuntutan dan tekanan masyarakat secara umum “yang menghendaki” ekspresi sastra yang demikian. Kesimpulannya bahwa Matti Moosa berpendapat bahwa Akar-akar novel Arab adalah pada perkembangan novel – novel Barat. Hal ini karena ekspresi etos kebudayaan Arab telah mengalami kejumudan dan tidak mengalami perkembangan yang berarti dengan tradisi Seribu satu Malam dan Maqamat. Maka pemecah kejumudan ekspresi ini adalah dengan bersentuhan bahkan berhubungan langsung dengan kebudayaan Barat, baik lewat penerjemahan maupun “belajar langsung” dengan Barat. Pendapat Matti Moosa yang terlalu menonjolkan Barat ini mendapatkan tanggapan yang serius oleh Faruq Khursyid dengan menulis buku al-Riwayah al-Arabiyyah Ashr al-Tajmi’ . Yang Inti keberatannya adalah bahwa sebenarnya Bangsa Arab telah memiliki Tradisi Novel Sejak Zaman Abbasiyah sekitar tahun 750 yang kemudian ekspresi kebudayaan Arab ini menjadi mendunia dan ditiru oleh ekspresi kebudayaan Barat sehingga Barat melek kebudayaan dan melahirkan genre-genre cerita sampai novel. Membaca Buku Aslinya Lebih Puas* Matti Moosa, The Origin Of Modern Arabic Fiction, USA Lynne Rienner Publisher, 1997. Moh. Wakhid Hidayat mwakhidh Desember 2016 ï»żBanipal editor and novelist Samuel Shimon writes — in issue 63 — that he’d proposed, at the beginning of the year, a list of “100 best Arabic novels” There exists one such list, from the Arab Writers Union which is 105, rather than 100, but it’s confined to twentieth-century works. Shimon’s list was to be a fresh look and include twenty-first century works. But, he writes in his introduction, he couldn’t do it. “WHY?” he writes. “Because I found my initial list was full of titles of novels I loved, and therefore it would be Samuel’s list, not the sort of list we wanted for the magazine.” Thus instead “we asked 100 Arab authors, critics, academics, and a few translators for nominations to find the 100 best.” If the names of these 100 were listed, I didn’t see them. The top vote-getter — with 61 nominations — was Tayeb Salih’s Season of Migration to the North. The next was Cairo Trilogy, with 41, while Children of the Alley received 34. The full top ten Season of Migration to the North, by Tayeb Salih, translation by Denys Johnson-Davies 61 nominations Cairo Trilogy, by Naguib Mahfouz, translation by William Hutchins 41 nominations For Bread Alone, by Mohamed Choukri, translation by Paul Bowles 37 nominations The Secret Life of Saeed the Pessoptimist, by Emile Habiby, translation by Salma Khadra Jayyusi 36 nominations Children of the Alley, by Naguib Mahfouz, translation by Peter Theroux 34 nominations Zayni Barakat, by Gamal al-Ghitani, translation by Farouk Abdel Wahab 34 nominations Cities of Salt, by Abdelrahman Munif, translation by Peter Theroux 33 nominations In Search of Walid Masoud, by Jabra Ibrahim Jabra, translation by Adnan Haydar & Roger Allen Rama and the Dragon, by Edwar al-Kharrat, translation by Ferial Ghazoul and John Verlenden Gate of the Sun, by Elias Khoury, translation by Humphrey Davies All but the fifth novel, Children of the Alley, is also on the Arab Writers Union list; the AWU list limited authors to one novel each. Several more Mahfouz novels made Banipals top 100 The Harafish got 20 nominations, The Thief and the Dogs 15; Midaq Alley got 12; Miramar 10; and Adrift on the Nile 9. In total, Shimon writes, Mahfouz received 106 nominations. In all, Shimon writes, the lists share 44 titles, and the Banipal list includes 21 titles that were published post-2001. They’re also far different lists because Banipal allows for more than one title from the same author. The first post-2001 title to appear is Ahmed Saadawi’s International Prize for Arabic Fiction-winning Frankenstein in Baghdad, at 15, which has been translated by Jonathan Wright. The first book not available in English translation is Munif’s East of the Mediterranean, which comes in at 17. The first woman novelist to appear in Radwa Ashour at 23, with her Granada Trilogy. Only the first book of the Granada Trilogy has been translated to English, by William Granara. The other women on the list are Hanan al-Shaykh The Story of Zahra, 27; Latifa al-Zayyat The Open Door, 37; Alawiya Sobh Maryam, Keeper of Stories, 39; Ahlam Mostaghanemi Memory in the Flesh, 46; Layla Baalbaki I Live, 55; Hoda Barakat The Stone of Laughter, 63, and Disciples of Passion, 86; Raja Alem The Dove’s Necklace, 64; Ghada Samman Beirut Nightmares, 71; Inaam Kachachi The American Granddaughter, 72; Huzama Habayeb Velvet, 84; Sahar Khalifeh The Door to the Courtyard, 91; and Miral al-Tahawy The Tent, 99. There were thirteen novels by women on both this and the Arab Writers Union list, although they are not by the same women. Usefully, the Banipal list is not just a list, but also includes brief introductions to both the works and their authors, as well as some contextualization. As well as being enjoyable in and of itself — because who doesn’t like a list — there are some Arab Writers Union oversights that this list remedies Syrian poet and novelist Salim Barakat, for instance, appears with The Sages of Darkness. And brilliant younger writers, such as Rabee Jaber, get to be celebrated. As with all lists, there are some decisions that feel infelicitous Khoury’s My Name is Adam appears, which it is not among his strongest novels, although it’s his most recent; Inaam Kachachi’s The American Granddaughter is also not her strongest work, although IPAF-shortlisted; and Abdo Khal’s Throwing Sparks, which won the International Prize for Arabic Fiction in 2010, is a sloppy novel. Indeed, there was a strong emphasis on IPAF-winning books Bahaa Taher’s Sunset Oasis, the 2008 winner, doesn’t make the list although two others by Taher do, but 2009 winner Azazeel is there, as are the 2010 winner, both 2011 co-winners, the 2012 winner, as well as the 2013, 2014, and 2017 winners. The other recent award-winners represented are two who took the Naguib Mahfouz Medal for Literature; both winner the 2017 winner Huzama Habayeb Velvet and the 2014 winner Hammour Ziada The Longing of the Dervish. Certainly, as with all good “top 100” lists, there’s much fodder for discussion. Find the complete list of 100 and more by ordering Banipal 63. Buku ini mendeskripsikan bentuk, maksud, dan penggunaan tindak tutur Bahasa Arab yang digunakan untuk komunikasi antar tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Ahlu al-H{ami la>niy. Kompleksitas permasalahan yang ada dalam novel menghadirkan jenis tindak tutur yang bermacam-macam. Ada tindak tutur yang digunakan penutur secara langsung yang maksudnya sesuai dengan makna literal unsur-unsur linguistiknya direct speech act. Ada pula penggunaan tindak tutur yang maksudnya tidak sesuai dengan unsur-unsur linguistiknya indirect speech act, yakni ada maksud lain yang dikehendaki penutur yang lebih dari apa yang ia katakan. Kedua jenis tindak tutur tersebut dibahas secara terperinci dalam buku ini dengan menggunakan teori pragmatik Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free A preview of the PDF is not available ResearchGate has not been able to resolve any citations for this ada yang boleh membangunkannyaP H Mutawalli"Tidak ada yang boleh membangunkannya." P. H. Mutawalli, MT. Malika al-Ki> la> niy, 1999 171.Ekuivalensi Pragmatik Dan ma'a> ni> . Yogyakarta al-Hadharah, Jurnal Bahasa, Satra, dan Budaya Arab. Tahun I. Nomor IImam AsroriAsrori, Imam. 2001. Ekuivalensi Pragmatik Dan ma'a> ni>. Yogyakarta al-Hadharah, Jurnal Bahasa, Satra, dan Budaya Arab. Tahun I. Nomor ChaerAgustina Dan LeoniChaer, Abdul dan Leoni Agustina. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta Rhineka al-Qawa> id al-'Arabiyyah. Tanpa kota dan nama penerbitAbdul Ad-DaqrGaniyyAd-Daqr, 'Abdul Ganiyy. 1984. Mu'jamu al-Qawa> id al-'Arabiyyah. Tanpa kota dan nama al-Qur'an Berdasarkan Kaidah-Kaidah Pragmatik. dalam Adabiyya> t, Jurnal Bahasa dan Satra ArabM HabibHabib, M. 2007. Memahami al-Qur'an Berdasarkan Kaidah-Kaidah Pragmatik. dalam Adabiyya> t, Jurnal Bahasa dan Satra Arab. Yogyakarta Adab PressGorys KerafKeraf, Gorys. 2008. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta Gramedia Pustaka Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta CarasvatibooksTri Mastoyo KesumaJatiKesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta Dictionary of Theoretical LinguisticsMuhammad Al-KhuliAliAl-Khuli, Muhammad Ali. 1982. A Dictionary of Theoretical Linguistics. Beirut Librairie Du Bahasa, Langkah Awal Memahami LinguistikKushartantiKushartanti, Untung Yuwono dan Multamia RMT. 2005. Pesona Bahasa, Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta Gramedia Pustaka Utama. Novel riwayah is categorized as a genre of modern Arabic literature. The birth of this genre has something to do with the revival period of Arabic in general. Yet the pre-natal of this new genre in Arab world is left undiscussed. This research aims at disclosing the birth of Arabic novel. It is found that Egypt has been the center of the labor of this genre. Its pre-natal period is marked by the translation of the Western literature and the resurrection of the genre of maqamah. There are some arguments on the situation and condition of the pre-natal of the Arabic novel. First, it was imported from the west. The second argument is that novel is indigenous genre, and the third is that novel is rooted from both classical Arabic and modern Western world. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SEJARAH PRA KEMUNCULAN NOVEL ARAB Oleh Moh. Wakhid Hidayat Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Jl. Marsda Adisutjipto Yogyakarta 55281 e-mail mwakhidh Abstract Novel riwa>yah is categorized as a genre of modern Arabic literature. The birth of this genre has something to do with the revival period of Arabic in general. Yet the pre-natal of this new genre in Arab world is left undiscussed. This research aims at disclosing the birth of Arabic novel. It is found that Egypt has been the center of the labor of this genre. Its pre-natal period is marked by the translation of the Western literature and the resurrection of the genre of maqa>mah. There are some arguments on the situation and condition of the pre-natal of the Arabic novel. First, it was imported from the west. The second argument is that novel is indigenous genre, and the third is that novel is rooted from both classical Arabic and modern Western world. Kata kunci novel Arab; sejarah sastra. A. PENDAHULUAN Novel adalah salah satu genre dalam kesusateraan Arab modern yang kemunculannya sekitar akhir Abad ke-19 atau awal abad ke-20. Dikatakan akhir abad ke-19, jika kemunculannya dimulai dari Sali>m al-Busta>ni> dengan al-Huyam fi Jinan al-Syam tahun 1870, atau Jurji> Zaidan pada tahun 1891 dengan novel-novel sejarahnya. Dikatakan awal abad ke-20, jika kemunculannya dimulai dengan Novel Zainab karya Husein Haikal. Kemunculannya ini menunjukkan bahwa ruang ekspresi sastra terus berkembang mengiringi sejarah manusia dalam menghadapi segala aspek kehidupannya. Kelahiran genre-genre sastra baru –seperti novel- memberikan ruang ekspresi tersendiri bagi para pengarang dalam Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 186menciptakan kreasi-kreasi seni sastranya. Novel –kebanyakan- menggunakan gaya prosa untuk memberikan keluasan ekspresinya Baca Moretti, 2008 111, dan dalam kesusasteraan Arab modern, novel dikategorikan dalam genre prosa al-natsr Baca al-Fakhu>ri>, 24. Kemunculan novel Arab merupakan bagian tak terpisahkan dari kebangkitan sastra arab yang kemudian dalam pembagian sejarah disebut sebagai Sastra Arab Modern al-Adab al-Arabi> al-H}adis\. Kebangkitan sastra Arab ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat setelah mengalami zaman kemundurannya inhit}a>t}. Manshur 2011 15 mengutip Badawi menggambarkan bahwa masa kemunduran ini tidak banyak karya sastra yang mampu dihasilkan, terjebak dalam romantika kejayaan masa lalu, pandangan Arab abad pertengahan Islam sangat mendominasi. Intinya, tidak ada pembaharuan dalam bersastra, hampir semuanya merupakan peniruan gaya atau model-model lama. Kondisi keterpurukan sastra Arab yang sangat memprihatinkan ini disebut kitsh, yaitu seni semu, yang oleh Eco disebut “sebuah dusta struktural” artinya dusta yang dibuat secara sengaja oleh penyair karena kebuntuan pikiran dan daya imajinasinya sebagai pengarang sehingga karya-karya yang dihasilkan tidak bermutu Badawi, via Mansyur, 2011 16. Dari kondisi seperti ini lah Sastra Arab bangkit yang dikenal dengan nahd}ah atau al-inbi’as\. Allen 1995 11 menyimpulkan gambaran umum masa nahd}ah ini sebagi kondisi yang berseteru antara pandangan lama old dan pandangan baru new, tradisional dan modern, klasik dan modern, secara khusus Barat, dengan ilmu pengetahuan dan kebudayaannya, dan Arab, dengan warisan tradisi klasik yang agung kebudayaan Arab-Islam. Dan, dari situasi dan kondisi seperti inilah novel Arab muncul dan memberikan kontribusinya untuk menggerakkan “roda” perkembangan kesusasteraan Arab pada zaman modern. Novel dalam bahasa Arab digunakan istilah al-Riwayah, sebagian yang lain menggunakan al-Qis}s}ah atau al-Qis}s}ah al- Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 187T}awi>lah Baca Allen, 1995 6 dan al-Fa>khu>ri>, 24. Novel Arab di sini adalah novel yang menggunakan bahasa Arab sebagai medianya, dan biasanya muncul dari para pengarang di kawasan-kawasan Arab atau komunitas-komunitas Arab di luar kawasan, seperti para sastrawan mahjar 'diaspora' di Amerika. Berbagai kajian bisa dilakukan pada novel-novel Arab, dan dalam tulisan ini dibahas sejarah novel Arab pada awal kemunculannya. Tulisan ini akan mendeskripsikan keadaan pra kemunculan novel Arab. Ada tiga pembahasan yang diajukan dalam tulisan ini sekaligus sebagai pembatasan kajian. Pertama, pembahasan tentang nahd}ah sebagai setting waktu dan tempat kemunculan novel Arab. Kedua, pembahasan tentang penerjemahan karya-karya kesusasteraan Barat dan munculnya neo-maqamah yang keduanya mengawali kemunculan novel-novel di Arab. Pembahasan terakhir adalah pendapat-pendapat tentang asal- muasal atau akar-akar novel Arab yang didasarkan kepada kenyataan-kenyataan pra kemunculannya ini. Tujuan penulisan pembahasan ini adalah mendeskripsikan suasana pra kemunculan novel-novel Arab dan peta pendapat-pendapat para ahli tentang akar novel Arab. B. Gerakan Nahd}}}}ah dan Sastra Arab Modern Kebangkitan sastra Arab dari keterpurukannya sebagaimana disebut di atas merupakan gerbang fase dari periode modern. Dan, kebangkitan ini merupakan satu aspek dari keluasan kebangkitan di Arab yang biasa disebut sebagai al-Nahd}ah atau al-Inbi’as\. Nahd}ah Arab ini dimulai dari Lebanon, Suria, dan Mesir Badawi via Manshur, 2011 16 atau yang oleh Allen disebut kawasan Suriah-Lebanon dan Mesir Allen, 1995 11. Dan, dari kawasan-kawasan ini gerakan nahd}ah menyebar ke kawasan-kawasan Arab lainnya. Al-Syant}i 1992 15—17 menyebutkan tiga pendapat tentang permulaan kesusasteraan Arab modern. Pertama, kontak Arab dengan Barat modern. Kedua, gerakan reformasi Islam Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 188seperti gerakan Salafiyah Muhammad bin Abd al-Waha>b di Saudi Arab dan gerakan Muhammad Abduh di Mesir. Ketiga, munculnya kesadaran nasionalisme Arab. Namun, al-Syant}i menegaskan bahwa permulaan kebangkitan ini tidak bisa dipastikan tahunnya, dan merupakan akumulasi dari berbagai aspek kehidupan yang sangat banyak yang terjadi di dunia Arab ketika itu. Gerakan nahd}ah –menurut pendapat pertama- adalah ketika Arab mengadakan kontak dengan Barat yang sangat pesat perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaannya. Sementara kawasan Arab sangat terpuruk dalam segala aspek kehidupannya termasuk kehidupan sastranya, sebagaimana telah disebutkan di atas. Nahd}ah ini menjadi setting waktu dan setting tempat kemunculan Novel Arab. Bagaimana keadaan pra kemunculan novel Arab ini, khususnya yang berkaitan dengan munculnya novel-novel Arab? Suriah-Lebanon dua kawasan yang digabung menjadi satu pembahasan mengikuti Allen menjadi daerah pertama yang berhubungan dengan Barat modern yaitu pada masa Fakhr al-Di>n 1572—1635. Kontak ini membuka akses pendidikan bagi orang-orang Lebanon, baik dengan bertemu orang Barat di kawasan ini maupun pengiriman “pelajar” ke Roma, Paris, Prancis dan kota-kota lainnya. Masuknya Dunia Barat ke Arab juga membawa misi orientalisme yang membawa gelombang kebangkitan modern dengan studi-studi ilmiah dan metode-metode penelitian ilmiah dan merevisi pendapat-pendapat klasik dalam bidang sejarah, kritik, dan ilmu pengetahuan al-Fa>khu>ri>, 10, Baca Allen, 1995 13-14. Kawasan Suriah-Lebanon ini dihuni oleh umat Kristiani khususnya Maronite dan Ortodoks. Hingga abad ke-19, kegiatan misionaris dan aktivitas pendidikan semakin intensif ketika para Misionaris Protestan yang kebanyakan dari Amerika Serikat datang di kawasan ini Allen, 1995 12. Berbagai aktivitas dilaksanakan dalam kontak antara Barat dan Timur ini yang secara umum meliputi aspek pendidikan. Akses pendidikan yang terbuka dimulai dengan pengiriman Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 189utusan-utusan ke kota-kota besar di Eropa untuk belajar dan kembali lagi ke kawasan ini dengan “oleh-oleh” seperangkat konsep pendidikan modern ala Barat. Maka didirikanlah sekolah-sekolah di seluruh penjuru Lebanon, di antaranya sekolah Aint}urah 1734 dan sekolah Ain Waraqah 1789. Selain aktivitas pendidikan, didirikan pula percetakan-percetakan di kawasan ini, misalnya percetakan Daer Qazah}iyya pada Tahun 1610 di Lebanon, percetakan H}alb pada tahun 1702. Di antara buku-buku yang diterbitkan adalah khasanah-khasanah kesusasteraan Arab klasik al-Fa>khu>ri>, 10—11. Aktivitas-aktivitas lainnya misalnya yang ditunjukkan setelah kehadiran Misionaris Protestan Amerika adalah proyek penerjemahan Bible ke dalam bahasa Arab dan pendirian Syrian Protestan College di Beirut yang menjadi American University pada tahun 1866 Allen, 1995 14. Dari kontak antara Barat dan kawasan Suriah-Lebanon ini, memberikan gambaran bahwa akar-akar kebangkitan Arab modern dimulai dari gerakan keagamaan dalam hal ini para misionaris Kristen. Dan akses pendidikan, dibandingkan dengan kawasan lain misal Mesir, kawasan ini telah lebih dahulu dan membangkitkan kesadaran atas kekayaan bahasa Arab dan kesusateraannya. Di antara tokoh-tokoh yang populer dan membangkitkan kawasan Arab ini adalah keluarga al-Busta>ni>, al-Ya>ziji>, al-Syidya>q, Naqqas}. Keluarga Busta>ni antara lain But}rus al- Busta>ni>>, Sa>lim al- Busta>ni>. Keluarga al-Ya>ziji> antara lain Na>s}i>f al-Ya>ziji>, dari Keluarga al-Syidya>q adalah Ahmad Fa>ris al-Syidya>q, Keluarga Naqqas} adalah Marwan Naqqas>, dan selain itu Faransis Marra>sy, dan lainnya. Namun, kebangkitan kesusasteraan –atau secara luas kebangkitan kebudayaan– di kawasan ini menjadi berjalan lambat dan bahkan terhenti dengan adanya peristiwa perang sipil yang dimulai pada tahun 1850-an dan memuncak pada pembantaian massal terhadap umat Kristiani pada tahun 1860 di Damaskus. Peristiwa sejarah ini menggiring para penduduknya untuk bermigrasi ke Mesir dan sebagian lagi ke Eropa dan Amerika. Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 190Migrasinya penduduk Suriah-Lebanon ke Mesir akan semakin menyemarakkan kebangkitan sastra Arab di Mesir dan bersama-sama sastrawan Mesir menyumbangkan kemajuan sastra Arab modern secara luas. Migrasinya penduduk Suriah-Lebanon ke Amerika akan memunculkan satu mazhab sastra modern, yaitu mazhab Mahjar Allen, 1995 16. Berbeda dengan Suriah dan Lebanon, kebangkitan di Mesir dimulai dengan ekspansi Napoleon Bonaparte dengan rombongannya pada tahun 1789. Rombongan-rombongan Napoleon ini terdiri dari para sastrawan, penyair, dokter, filosof, dan para peneliti-peneliti. Di sinilah terjadi kontak-kontak antara kawasan Arab Mesir dan Barat modern. Pendudukan Perancis ini disertai dengan pendirian-pendirian sekolah, dewan ilmiah, perpustakaan dan surat kabar. Kontak dengan Barat ini ditambah dengan kebijakan-kebijakan Muh}ammad Ali> yang menjabat gubernur Mesir sejak tahun 1805 M. Kebijakan tersebut adalah pengiriman-pengiriman duta belajar ke Eropa untuk mempelajari ilmu kedokteran dan kemiliteran. Kebijakan lainnya adalah penerjemahan buku-buku Barat ke dalam Bahasa Arab. Kebangkitan pada masa Muhammad Ali ini diikuti dengan Ismail pada masa pemerintahan sesudahnya al-Fakhu>ri>, 11, Brugman, 1984 708. Pengiriman duta ke Eropa pada tahun 1820 ke Italia dan Perancis dipimpin oleh Rifa’a>h al-T}aht}awi> yang kemudian melahirkan karya Talkhi>s al-Ibri>z Ila Talkhi>s Bari>z. Karya ini menggambarkan kehidupan Barat tanpa kritik terhadap cara berpakaian, makanan, pemerintahan, hukum dan topik lainnya Allen, 1995 20. Pertemuan antara Arab-Mesir dengan Barat modern dan eksodus penduduk Suriah-Lebanon, yang tercatat telah lebih dulu mendapatkan kemajuan pendidikan, menjadikan Mesir sebagai pusat kebangkitan sastra Arab. Pada masa dan di kawasan inilah novel Arab muncul, dan menyatu menjadi genre sastra Arab modern. Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 191Ada berbagai faktor pendukung yang menjadi media dan sarana sehingga kebangkitan ini cepat tersebar yaitu didirikannya percetakan-percetakan, surat kabar dan majalah ilmiah. Media pers memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan kesusasteraan, walaupun ini merupakan salah satu tujuan dari berbagai tujuan utama untuk penyadaran nasionalisme dan kebangkitan dari kegelapan dan memotivasi untuk kebangkitan. Beberapa pers yang berdiri, misalnya Muhammad Ali mendirikan al-Waqa’i al-Mishriyyah pada tahun 1828 M. Namun, menurut al-Fa>khu>ri> 14, surat kabar dalam arti yang sebenarnya adalah ketika para imigran Lebanon mendirikan surat kabar misalnya Iskandar Syalhub surat kabar al-Sult}ah pada tahun 1857, Khali>l al-Khu>ri> surat kabar Hadi>qat al-Akhba>r tahun 1858, Butrus al-Busta>ni> mendirikan Nafi>r Su>ria tahun 1860. Ahmad Fa>ris al-Syidya>q mendirikan al-Jawa’ib di Istanbul pada tahun 1890, Sali>m al-Busta>ni> mendirikan dua surat kabar al-Jinnah dan al-Junainah. Salim dan Bisya>rah Taqla> mendirikan al-Ahra>m pada tahun 1875, Faris Namr dan Ya’qu>b Sharu>f mendirikan al-Muqat}t}am di Mesir pada tahun 1889 al-Fa>khu>ri>, 17-18. Media pers lainnya adalah al-Majallah, di antaranya al-Ya’su>b, al-Jina>n, al-Muqt}ataf, at-T}abi}b, al-Hila>l, dan lainnya. Juga majalah ilmiah dan sastra, misalnya al-Jam’iyyat al-Su>riyah di Beirut pada tahun 1847, al-Majma’ al-Ilmi>al-Syarqi> di Beirut pada 1882, al-Majma’al-Ilmi al-Arabiy di Damaskus, dan Majma’ al-Lughah al-Arabiyyah di Kairo tahun 1932. al-Fa>khu>ri>, 18 Khusus perkembangan novel Arab, Allen menjelaskan dua peran penting pers yaitu menjadikan novel bisa di baca oleh pembaca melalui penerbitan berkala dan kedua menjadi pemasukan sumber penghasilan bagi penulis dan menawarkan posisi jabatan sebagai editor. Peranan kedua ini menjadikan penulis dapat tetap berkonsentrasi untuk tetap menulis Novel. Selain itu, banyak karya-karya novel besar, awalnya dari penerbitan-penerbitan berkala atau semacam cerita bersambung Allen, 1995 23. Surat kabar juga menjadi sarana publikasi karya- Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 192karya terjemahan fiksi Barat -sebagaimana dijelaskan di bawah-, sebelum terpublikasikannya novel-novel karya sastrawan Arab. Sejarah kebangkitan sastra Arab, sebagaimana pendapat pertama di atas, membawa kesan tentang inferioritas kawasan Arab. Namun di sisi lain, sebenarnya terdapat gerakan-gerakan yang membangkitkan semangat tradisi-tradisi keemasan Arab. Menurut al-Syant}i 1992 17—18, baca juga ’Abd al-Qadir, 1987 170 kesadaran kepada sumber-sumber masa lalu Arab terekam dalam dua gerakan di Arab yaitu gerakan menghidupkan kembali kitab-kitab warisan klasik Ihya’ al-Turas \al-Arabi> al-Qadi>m dan gerakan-gerakan reformasi atau pembaharuan Islam. Gerakan menghidupkan kembali warisan masa lalu Arab ini dibantu dengan adanya percetakan-percetakan di antaranya percetakan Bu>la>q. Salah satu tokoh yang gencar dalam gerakan ini adalah al-Barudi yang membangkitkan semangat puisi-puisi pada masa Jahiliyah dan Abbasiyah. Buku-buku yang dicetak pada masa kebangkitan ini misalnya kamus al-Muh}it} pada tahun 1814 oleh percetakan Turki, Ka>fiyah ibn al-Ha>jib pada tahun 1819. Dan jumlah kitab sastra dan bahasa yang diterbitkan sampai tahun 1830 berjumlah kurang dari 40 buku. Percetakan lain antara lain al-Mat}ba’ah al-Amrikiyyah yang didirikan pada tahun 1834, Mat}ba’ah al-A>ba’ al-Yasu’iyyin didirikan tahun 1848 al-Syant}i, 1992 18. Abd Qadir 1987 170 Ih}ya>’ al-Tura>s\memberikan pengaruh kuat terhadap kesusasteraan Arab modern sebagai berikut 1 pembaruan bahasa dan menghidupkannya kembali untuk menggerakkan kebangkitan modern. 2 Pengangkatan kembali pemikiran dan kesusasteraan yang dikandung dalam kitab-kitab warisan. 3 mengaitkan kebangkitan puisi dan prosa dengan masa keemasan sastra Arab. Dan 4 memperkuat eksistensi masa lalu dan menjadikannya sebagai materi yang sangat kaya untuk kesusasteraan modern dan berefek kepada kesadaran nasionalisme Arab. Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 193Gerakan reformasi Islam yang menyerukan kepada sumber-sumber Asli Islam. Di antara gerakan-gerakan ini adalah Muhammad bin Abd al-Wahab 1703—1787 di Najd dan Jazirah Arab yang menyerukan untuk menghidupkan kembali kitab-kitab Salaf seperti karya-karya Ibn Hanbal, Ibn Taimiyah, dan Ibn al-Qayyim al-Jauziyah; gerakan Jamaludin al-Afghani dan sahabat-sahabatnya di Mesir; gerakan Muhammad Abduh 1849—1905 di Mesir dan lain sebagainya al-Syant}i, 1992 18, Cachia, 1990 4—5 Namun, para penulis modern tidak banyak yang mengkaji keterkaitan gerakan-gerakan ini terhadap perkembangan fiksi di Arab khususnya Novel. Sehingga, dapat diasumsikan bahwa gerakan-gerakan reformasi keagamaan ini tidak menyentuh ruang kebangkitan kesusateraan prosa Arab, tetapi kesusasteraan hanya merupakan efek samping dari semangat kembali kepada tradisi-tradisi warisan leluhur. Dari uraian nahd}ah ini, dapat disimpulkan bahwa setting waktu pra kemunculan novel Arab adalah abad ke-19 dan memiliki akar yang sangat panjang jika dihitung dari abad ke-17 yaitu kontak Barat dengan Suriah-Lebanon. Setting tempat kemunculannya adalah di daerah Suriah-Lebanon dan menyatu di Mesir. Faktor pengakselerasi perkenalan novel Arab adalah melalui surat kabar dan majalah-majalah di samping munculnya percetakan-percetakan yang gencar menerbitkan karya-karya dari kawasan-kawasan Arab ini. C. PENERJEMAHAN FIKSI BARAT DAN KEBANGKITAN MAQA>>>>MAH Kemunculan novel-novel Arab diawali dengan aktivitas-aktivitas penerjemahan fiksi Barat ke dalam bahasa Arab yang dipublikasikan melalui surat kabar. Di samping itu, sebagian penulis Arab menghidupkan kembali gaya prosa maqa>mah yang sangat populer pada abad keemasan Arab-Islam. Dua aktivitas ini memberikan perkenalan-perkenalan awal tentang genre novel sebagai ruang ekspresi yang berbeda bagi para penulis Arab. Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 194Menurut Moossa 1997 94, aktivitas penerjemahan ini banyak dilakukan oleh penulis Suriah yang bermigrasi ke Mesir pada tahun 1870-an. Sebagaimana diketahui di atas, bahwa akses pendidikan dengan pengaruh Barat lebih awal terjadi di daerah Suriah dan Lebanon pada abad ke 17-an. Salah satu pelopor penerjemahan adalah Rafa’il Anton Zakhur w. 1831 yang bermigrasi dari Aleppo ke Mesir pada permulaan abad ke 18-an dan bekerja untuk Perancis. Setelah keluarnya Perancis dari Mesir pada tahun 1801, Zakhur dan para penerjemah Suriah didaulat oleh Muhammad Ali untuk menerjemahkan buku-buku pelajaran asing ke bahasa Arab dan menjadi penerjemah di ruang kelas bagi para guru-guru. Aktivitas penerjemahan ini tidak terlepas dari peran surat kabar, jurnal sastra, dan majalah-majalah. Menurut Moosa 199797, Cachia, 1990 33 jurnal surat kabar pertama yang mempublikasikan fiksi terjemahan antara lain H}adiqat al-Akhba>r yang didirikan tahun 1858 oleh Khalil al-Khuri, jurnal al-Syarika al-Syahriya, Jurnal al-Jina>n yang didirikan oleh Butrus al-Busta>ni pada Januari 1870, dan lainnya. Di antara karya terjemahan yang diterbitkan oleh jurnal al-Jinan antara tahun 1870—1871 adalah Edward and Sylva, diterjemah dari bahasa Italia oleh Sa’d Allah al-Busta>ni; al-Amir al-Faris wa Imra’atuh Isabella, diterjemah dari bahasa Perancis oleh al-Khawaja Philip Ni’mat Allah Khuri; Rajul z\u Imra’atain dari bahasa Perancis oleh Jurji Effendi Jabrail Balit al-Halabi; Yusuf wa Zaujatuhu Maryam, disadur dari bahasa Perancis oleh al-Khawaja Constantine Qitta. Sali>m al-Busta>ni mempublikasikan kurang lebih 60 karya fiksi Perancis di al-Jina>n antara tahun 1975—1878. Di antara judul-judul tersebut, tahun 1875, al-Gharam wa al-Ikhtira, al-Sawa’iq, al-H}ub ad-Daim, Maz\a> Ra’at Mis Darington? Apa yang di Lihat oleh Nona Darington, al-Sa’ad fi al-nahs, Jurjinya; tahun 1876, Hulm al-Musawwir, Summ al-Afai, Hila Gharamiyya, Hikayat al-Gharam, Zawjat John Carver; tahun 1877, Khatun ala al-Muda, La Tansani, Qumriya; tahun 1878 Qissa Ghariba. Pada tahun 1884—1885, al-Jina>n menerbitkan secara berseri karya Le Sage Gil Blas Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 195yang diterjemahakan oleh Jamil Mikhail Mudawwar Moosa, 1997 98. Di Mesir -sebagaimana disebutkan di atas- penerjemahan menjadi kebijakan negara ketika Muhammad Ali menjabat sebagai Gubernur. Ia mendirikan lembaga penerjemahan buku-buku Barat pada tahun 1835. Karya-karya yang dihasilkan dari lembaga ini adalah non fiksi, dan di antara karya fiksi yang diterjemahkan Rifa’at Telemaque karya Fenelon . Penerjemahan-penerjemahan fiksi di Mesir didominasi oleh para imigran Suriah yang menguasai surat kabar di Mesir, mereka sangat apresiatif terhadap karya-karya fiksi Barat dan tidak memandang bahwa karya fiksi adalah amoral dan tidak berguna Moosa, 199798, Brugman, 1984 215. Surat kabar yang memberikan ruang untuk publikasi fiksi di Mesir adalah al-Ahra>m yang didirikan oleh imigran Lebanon Salim dan Bisyara Taqla pada tahun 1876 di Alexandria. Selain itu al-Muqtataf, al-D}iya’, dan al-Hila>l Moosa, 1997 98; al-Fa>khu>ri>, 18. Karya-karya fiksi Perancis menjadi sumber utama bagi para penerjemah Suriah karena hubungan di antara mereka yang sangat dekat sejak tahun 1649, ketika Komunitas Katolik Maronit di bawah perlindungan Perancis dan King Louis XIV. Konsentrasi ini bergeser ke karya-karya fiksi Inggris setelah Inggris menduduki Mesir pada tahun 1882. Penerjemahan-penerjemahan fiksi berbahasa Inggris berasal dari para Imigran Suriah yang mengajar di Sekolah-sekolah Amerika di Beirut dan siswa siswi Mesir lulusan sekolah-sekolah di bawah kontrol Inggris. Moosa, 1997 99. Beberapa fiksi Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab antara lain Talisman karya Sir Walter Scott yang diterjemahkan oleh Yaqub Sarruf tahun 1886, Butrus al-Bustani menerjemahkan buku yang diberi judul al-Tuhfa al-Bustaniyya fi al-Asfar al-Kuruziyya. Karya Scott Ivanhoe 1889 diterjemahkan secara anonim oleh beberapa penerjemah, dan karyanya diterjemahkan dan diterbitkan dalam surat kabar al-Muqtatam dengan judul al-S}ahama wa al-Afaf tahun 1890. Karya Lord Bulver- Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 196Lytton The last days of Pompeii 1889 diterjemahkan oleh Farida Atiyya. Karya Swift Gulliver’s Travels 1909 dan Wilkie Collin The Woman in White 1909 diterjemahkan oleh Muhammad al-Siba’i. Karya Robert Louis Stevenson Treasure Island 1921 diterjemahkan oleh Riyad Junaydi Effendi, dan versi lain Robinson Crusoe 1923 diterjemahkan oleh Ahmad Abbas Moosa, 1997 100. Selain dari bahasa Inggris, Perancis, Italia, dan bahasa Barat lainnya, juga diterjemahkan buku-buku fiksi dari Rusia yang salah satu penerjemahnya adalah Khalil Ibrahim Baydas w. 1949. Dia menerjemahkan tiga novel Rusia pada tahun 1898, yaitu karya Pushkin The Captain’s daughter, al-Qusaqi al-Walhan, dan al-Tabib al-hadhiq Moosa, 1997 101. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa penerjemahan-penerjemahan karya-karya fiksi Barat telah membanjiri ruang baca kawasan Arab khususnya Mesir, Suriah dan Lebanon. Menurut Abd al-Qa>dir 1987 167 penerjemahan-penerjemahan ini berpengaruh pada genre prosa Arab, antara lain, 1 perkenalan ekspresi sastra yang tidak terikat oleh Sajak dan keindahan badi’ uslab balaghah Badi’, 2 kecenderungan untuk berekspresi dengan mudah, jelas dan mendalam, 3 Sastrawan banyak mengutip makna-makna dan konsep-konsep asing Barat, 4 sebagian Sastrawan bergeser dari genre-genre lama, seperti maqa>mah, kepada genre prosa baru, seperti artikel ilmiah, sastra, politik, dan sosial, drama, novel dan cerita pendek. 5 munculnya kelompok-kelompok sastra yang beragam dan sastra mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Moosa 1997 91 menyebutkan bahwa penerjemahan selain memperkenalkan teknik-teknik genre modern yang beragam, juga mengajarkan kepada penulis Arab tentang penciptaan tokoh-tokoh dengan segala tindakannya yang mempresentasikan kehidupan dan menjadikan kehidupan tersebut penuh makna. Sebagaimana digambarkan Allen di atas, bahwa kebangkitan atau nah}dah merupakan gesekan antara yang baru new dan yang lama old, dan dibalik membanjirnya karya-karya Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 197terjemah di kawasan Arab khususnya Mesir memicu satu reaksi dari kalangan klasik. Menurut Moosa, sebagian penulis Mesir yang memiliki cita rasa Arab klasik menganggap bahwa karya-karya terjemah ini adalah karya sampah. Bahkan, sebagian penulis ini berkeyakinan bahwa karya-karya ini telah merusak moral kaum muda dan mengikis rasa malu menjaga kehormatan. Oleh karena itu, beberapa penulis Mesir mulai mengangkat kembali genre sastra abad pertengahan yaitu maqa>mah untuk mengkritik berbagai aspek kehidupan masyarakat mereka. Ide kebangkitan dan teknik kesusateraannya ini sangat penting dalam perkembangan fiksi Arab modern Moosa, 1997 122. Ide pengangkatan kembali maqa>mah ini secara luas berkaitan dengan gerakan ihya’ at-turas\al-Qadi>m al-Arabi>. Pada periode modern ini, maqa>mah diangkat kembali oleh penulis-penulis di hampir seluruh kawasan Arab. Diantaranya Ahmad al-Babir w. 1811, Niqula al-Turk w. 1818, Pendeta Hannanya al-Munayyar w. 1850, Abu al-S\ana al-Alusi w. 1854, Nasif al-Ya>ziji> w. 1871, S}alih Majdi w. 1884, Faris Ibn Yusuf al-Syidya>q w. 1887, Ibrahim al-Ahdab w. 1891, Abd Allah Nadim w. 1896, Ibrahim al-Muwaylihi w. 1905, Muhammad al-Muwaylihi w. 1930, Hafiz} Ibrahim w. 1932, Muhammad Lut}fi Jumua’a w. 1953, dan lainnya. Kebangkitan maqa>mah ini dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, kelompok yang tetap menjaga bentuk aslinya yaitu penulis-penulis Lebanon seperti al-Ya>ziji dan al-Syidya>q. Kelompok kedua adalah yang mengadakan percobaan-percobaan perubahan dengan model maqa>mah ini, di antaranya penulis Mesir, Muhammad Muwaylihi dan Hafiz} Ibrahim Moosa, 1997 123—124. Di antara judul-judul maqa>mah tersebut adalah sebagai berikut. Na>si>f al-Ya>ziji> 1800—1871 menulis Majma’ al-Bahrain, yang terdiri dari 60 maqamah. Karya ini ditulisnya setelah membaca maqamah al-Hari>ri> abad ke-11, dan dia meniru karya al-Hariri ini baik bentuk dan isinya. Karya Maqamah lainnya adalah Ahmad Fa>ris al-Syidya>q 1804—1887 dengan al-Sa>q ala al-Sa>q fi>ma> huwa al-Fariyaq. Karya ini berisi biografi al-Syidya>q ketika Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 198mengadakan perjalanan ke Eropa, dan menggunakan struktur penceritaan dengan gaya prosa berima dengan dihiasi sedikit puisi-puisi Allen, 1995 14—15, Moosa, 1997 125—126. Penulis maqa>mah lain dari Mesir adalah Muhammad al-Muwaylihi 1858—1930 yang menulis H}adis\ ibn Hisya>m. Karya ini pada awalnya merupakan cerita bersambung yang diberi judul Fatrah min al-Zama>n yang diterbitkan selama 4 tahun 1898-1902 dalam surat kabar Mis}ba>h} al-Syarq. Dari judul ini mengingatkan kembali kepada maqa>mah Badi’ al-Zaman al-Hamadhani. Tetapi al-Muwaylihi membatasi diri pada penggunaan rima-rima, dan mencoba menggunakan gaya prosa bebas. Walaupun demikian cita rasa maqa>mah sangat terasa dalam karya ini. Isi maqa>mah ini adalah, melalui tokoh utamanya Hisyam, mencoba mendiagnosis “penyakit” sosial masyarakat Mesir, dan menggambarkan kemajuan pada aspek kehidupan lainnya sejak masa Muhammad Ali Allen, 1995 29, Moosa, 1997 130. Abdulah Nadim, penulis Mesir, menulis 9 maqamah yang diberi judul Kitab al-Masamir Moosa, 1997 127. Hafiz\ Ibrahim 1871—1932, penyair terkenal Mesir, menulis maqa>mah yang berjudul Layali Satih yang berisi kritik sosial yang merupakan ekspresi jiwa dan opininya tentang sastra, politik, dan masyarakat Mesir. Karya ini ditulisnya antara tahun 1907-1908 al-Fakhu>ri>, 141. Jika dikontraskan dengan prosa-prosa fiksi terjemahan –sebagaimana dijelaskan pengaruhnya di atas, maka maqa>mah memberikan keaslian gaya penulisan Arab yang khas yaitu dengan rima dan sajak, dan berkembang menyatukan antara puisi dan prosa menjadi satu genre sastra modern tersendiri. Tetapi, dilihat dari perkembangan penulisan novel atau cerita pendek, maka maqa>mah menjadi “jembatan” pengait antara Novel dalam sastra modern dan prosa yang berkembang populer pada zaman Arab-Islam al-Fakhu>ri>, 21—22. Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 199D. TIGA PENDAPAT ASAL-USUL NOVEL ARAB Dengan melihat situasi sejarah pra kemunculan novel Arab di atas, kajian akan dilanjutkan dengan pembahasan pendapat-pendapat tentang asal-usul novel Arab. Jika melihat kepada “perbenturan” antara penjaga warisan old dan pengikut modern new dalam nahd}ah, khususnya dalam pranovel, ditemukan gelombang penerjemahan fiksi Barat new dan “penjaga” maqa>mah yang secara umum bisa dikategorikan dalam ihya’ al-tura>s\. Maka dengan mudah dapat ditemukan dua pendapat ekstrim yaitu novel merupakan genre impor Barat dan novel merupakan indigenous Arab. Satu pendapat merupakan pendapat moderat atau jalan tengah yang berdiri di antara dua pendapat ekstrem ini. Pembahasan di bawah ini akan mendeskripsikan masing-masing pendapat dan memaparkan alasan-alasan yang dijadikan pendukung untuk membuktikan pendapat tersebut. 1. Novel Merupakan Genre Impor Barat Allen dalam pemaparannya tentang asal-muasal novel arab menyebut Charles Vial sebagai salah satu pendukung pendapat ini. Menurut Vial, “Qissa modern tidak mewarisi apapun dari tradisi Arab. Genre ini tidak memiliki ikatan apapun baik dengan cerita Seribu Satu Malam atau dengan cerita-cerita kepahlawanan maupun cerita-cerita sastra lainnya” Allen, 1995 7. Moosa 1997 91—92 yang mencari akar-akar fiksi Arab dalam bukunya The Origin of Modern Arabic Fiction juga berpendapat yang sama. Selanjutnya, Moosa menjelaskan pendapat –yang dikutipnya- yang membandingkan antara cerita-cerita Arab khususnya Seribu Satu Malam dengan novel dan cerpen. Cerita Arab menyajikan penceritaan dan episode urutan-urutan cerita sekuens, begitu juga dalam cerita Barat menyajikan plot yang memiliki urutan-urutan tetapi lebih berkualitas dengan adanya hubungan kausalitas struktur plot yang ditandai dengan sebab akibat. Peristiwa-peristiwa dalam cerita-cerita Arab biasanya dikarakteristikkan dengan sesuatu yang fantastis fabulous, Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 200sementara dalam cerita Barat, peristiwa-peristiwa berkaitan erat dengan plot. Tokoh-tokoh dalam cerita Arab biasa dikarakteristikkan dengan tokoh yang sangat cerdas dan selalu beruntung, putri cantik, khalifah yang bijaksana, penasehat-penasehat yang baik atau buruk, wanita tua yang cerdik dan para pengkhayal yang mudah ditipu. Berbeda dengan cerita Barat tokoh disajikan untuk menjadi tokoh-tokoh individu tunggal yang dikenalkan dengan kepribadian-kepribadiannya, meskipun mereka merepresentasikan satu sifat-sifat. Setting dalam cerita Arab sangat romantik, panjang dan sangat jauh, dan ber-atmosfer magic. Berbeda dengan setting cerita Barat yang cenderung realis, menghadirkan ketegangan antara manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia dengan alam, atau manusia dengan masyarakat Moosa, 1997 91. Moosa memberikan kesimpulan bahwa yang menjadi pokok perbedaan adalah bahwa karya-karya fiksi Barat lebih bersifat atau mengangkat suasana psikologis, analitis, menafsirkan satu persoalan yang ruwet, dan biasanya secara mendalam tertarik dengan persoalan-persoalan sosial dengan tokoh-tokoh yang “hidup” Moosa, 1997 91—92. Moosa dalam hal ini dapat dikelompokkan sebagai kritikus yang mendukung pendapat ini dengan pemaparannya, “walaupun berbagai opini diungkapkan, fakta menunjukkan bahwa penulis-penulis Arab telah menerjemahkan cerita pendek, novel, dan drama dari Kesusasteraan Barat. Dan, di antara mereka yang kemudian berusaha menulis novel atau roman pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 mengakui ke-superioritas-an novel Barat dan ketidakberdayaan mereka untuk memproduksi fiksi yang kualitasnya sebanding”. Moosa mengutipnya dari Sa’id al-Bustani, Mahmud Khairat, Henri Perez, dan Latifa al-Zayyat Moosa, 1997 93. Jika kita simpulkan poin-poin alasan yang dikemukakan pendukung pendapat ini adalah sebagai berikut 1 Superioritas Barat dalam novel, 2 Warisan kesusasteraan narasi Arab pada masa Islam atau pra Islam menjadi tidak ada gunanya atau tidak Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 201menyumbangkan apapun dalam seni novel. 3 Aktivitas penerjemahan khususnya fiksi Barat ke Arab yang menjadi fakta pra kemunculan novel Arab. 2. Novel adalah Indigenous Arab. Pendapat kedua ini berkebalikan dengan pendapat pertama, yaitu novel Arab adalah seni sastra Arab asli, bukan impor dari Barat. Al-Syant}i> menunjukkan bahwa salah tokoh yang mendukung pendapat ini adalah Fa>ru>q Khu>rsyi>d dengan bukunya Fi> al-Riwa>yat al-Arabiyyah As}r al-Tajmi>’. Dalil dari pendapat ini, bahwa kesusastraan arab sangat mengenal prosa narasi al-Qis}s}ah dalam setiap masa. Pada zaman Jahiliyah terdapat sastra narasi yang banyak tentang cerita-cerita orang arab berkaitan dengan sejarah, hikayat tentang kakek-nenek moyang, raja-raja, kuda-kuda, dan cerita tentang puisi-puisi mereka. Contoh buku yang merekam ini adalah kita>b al-Aghani>. Kemudian tradisi cerita ini berkembang dan diakui oleh Al-Qur’an dengan qas}as}-nya, kemudian berkembang lagi pada masa selanjutnya sampai kepada cerita alf Lailah wa Lailah, Hay bin Yaqdzan, Kalilah wa Dimnah dan lainnya. Bahkan karya-karya terakhir ini telah mempengaruhi dan diadopsi oleh barat atau eropa pada masa keruntuhan Baghdad dan bahkan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. al-Syant}i, 1997 342 Khursyi>d 1982 11 ketika memulai studinya tentang akar-akar novel Arab menolak pendapat bahwa novel Arab adalah genre baru dan impor dari Barat serta Arab tidak memiliki genre narasi melainkan hanya memiliki warisan genre puisi yang sangat kuat dan tidak yang lain. Ini yang menjadi landasan permasalahan Khursyi>d untuk mengadakan penelitian mendalam tentang prosa narasi atau riwayah di dalam khasanah kesusateraan pada zaman jahiliyah atau disebut dengan zaman pra Al-Qur’an, dan zaman Islam yang disebutnya zaman pasca Al-Qur’an Khursyi>d, 1982 46. Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 202Perbedaan pendapat ini dengan sebelumnya adalah jika asal-usul pendapat pertama terkait langsung dengan masa terjemahan yang terjadi pada zaman itu, sedangkan pendapat kedua ini –mengikuti Khursyid- akar novel Arab adalah jauh ke belakang pada masa-masa Islam bahkan praIslam. Khursyi>d 1982 75—76 dalam bukunya ini menyebut masa al-Tajmi>’ yaitu masa pengumpulan berita-berita masa lalu Arab dan mengkodifikasikannya dalam sebuah buku, seperti kitab al-ti>ja>n karya Wahab ibn Munabbhih. Masa ini sekitar pada akhir masa Dinasti Umayyah dan Awal Masa Abbasiyah. Kitab al-ti>ja>n ini merupakan kumpulan cerita-cerita Arab masa lalu yang tersebar di masyarakat Arab kemudian dikodifikasikan oleh Ibn Munabbih w. 733. Khursyi>d memfokuskan penelitian tentang akar novel Arab pada buku ini dan menjadikan buku ini sebagai bukti akar yang kuat bagi novel Arab. Khursyi>d mengakhiri buku edisi ketiga ini dengan komentar balasan atas kritik Moosa tentang lemahnya pendapat indigenousnya novel Arab dan pengaruh kuat buku-buku terjemahan fiksi Barat. Komentar Khursyi>d ini selain menolak keterpengaruhan novel Arab oleh buku-buku terjemahan fiksi Barat, juga menegaskan kembali bahwa narasi Arab tidaklah berada pada posisi inferior. Arab telah memiliki tradisi cerita yang berakar kuat sepanjang sejarah Arab, jauh sebelum masa terjemahan-terjemahan fiksi Barat. Jika Barat bersikukuh dengan keterpengaruhannya atas Arab, maka sejarah juga membuktikan bahwa kesusasteraan Arab masa Umayyah dan Abbasiyah juga telah memberikan keterpengaruhan yang luar biasa terhadap sastra dunia khususnya Barat. Intinya, terjemahan-terjemahan fiksi Barat adalah fakta tersendiri, dan produksi kreatif sastra juga fakta tersendiri dan tidak saling berkait. Khursyi>d, 1982 212— 213 Selain alasan di atas, maqa>mah yang diangkat kembali oleh beberapa penulis Arab juga memberikan beberapa kontribusi-kontribusi terhadap prosa modern khususnya pada kemunculan novel Arab. Setidaknya, maqa>mah ini memberikan contoh plot-plot Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 203cerita selain kedalaman penokohan, yang mendekati plot dan penokohan dalam novel modern. Neo maqa>mah ini juga membuktikan bahwa kesusateraan Arab sangat mengenal dan memiliki tradisi narasi yang kemudian berkembang menjadi genre novel Arab Modern Baca Allen, 1995 20—22. 3. Pendapat Jalan Tengah al-I’tidal, Moderate Pendapat ketiga adalah pendapat jalan tengah al-i’tida>l, moderate position yaitu pendapat yang tidak mendukung keaslian novel Arab dan impornya genre novel Arab, tetapi genre novel Arab merupakan perpaduan yang apik dari dua kebudayaan dan kesusateraan besar, Barat dan Arab sendiri. Di antara yang mendukung pendapat ini adalah Mahmud Taimur via Moosa, 1997 92 yang berpendapat bahwa fiksi Arab modern dipengaruhi oleh terjemahan-terjemahan dari kesusasteraan Barat. Namun, fiksi Arab –termasuk novel- memiliki akar-akar yang sangat dalam dari warisan kesusateraan Arab sebelumnya. Dengan perpaduan ini, novel-novel yang dihasilkan oleh penulis Arab menjadi istimewa dan berbeda dengan fiksi Barat karena cita rasa ketimurannya yang sangat melekat pada penulis-penulis Arab tersebut. Di antara kritikus lainnya yang dapat dikelompokkan sebagai pendukung pendapat ketiga ini adalah Roger Allen. Menurut Allen, jika novel Arab tidak memiliki akarnya pada kebudayaannya sendiri merupakan pendapat yang tidak tepat. Karena –menurutnya- telah terjadi proses asimilasi kreasi dalam kesusasteraan, termasuk novel, dengan lingkungan yang berbeda-beda di kawasan-kawasan dan bangsa-bangsa di dunia Arab. Oleh karena itu, terbentuk sebuah kajian yang menarik tentang perpindahan dan perubahan genre sastra dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, dan juga ketegangan-ketegangan yang muncul dari konfrontasi antara modern dan warisan kesusastraan masa lalu Allen, 1995 7—8. Untuk menunjukkan suatu kreativitas terjadi, Berque Via Allen, 1995 7 mengatakan Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 204bahwa genealogi kreativitas tidak- dan tidak membutuhkan- mengikuti garis lurus. Sejarah dan variasi kejeniusan bakat seni diduga mengalami diskontinuitas keterputusan, interaksi garis keturunan yang lebih tidak beraturan ketimbang garis keturunan sederhana”. Dari pemaparan Allen di atas dapat disimpulkan bahwa perbenturan budaya antara warisan kesusateraan Arab yang sangat kaya dengan kebudayaan Barat akan menghasilkan asimilasi kebudayaan yang unik. Atau, bisa juga terjadi diskontinuitas kreasi Barat dengan munculnya kreasi fiksi tersendiri dari para penulis Arab yang sama sekali berbeda dengan Barat. Kesusasteraan sebagai hasil dari perpaduan tersebut kemudian menjadi genealogi baru dalam kesusasteraan Arab modern yakni novel Arab. E. KESIMPULAN Novel telah menjadi genre sastra Arab Modern. Dan, kemunculannya berada pada setting waktu masa kebangkitan nahd}ah Arab yang puncaknya pada abad ke-19 dan 20. Kemunculan kreasinya dimulai dari kawasan Suriah-Lebanon dan menyatu berpusat di Mesir seiring dengan hijrahnya para penduduk Suriah-Lebanon ke kota ini. Percepatan perkenalan fiksi modern ke dunia Arab difasilitasi oleh teknologi percetakan dan pers. Dari sejarah kebangkitan Arab ini diketahui bahwa awal penulisan fiksi baik terjemahan atau pranovel seperti maqa>mah didominasi oleh penulis-penulis Suriah-Lebanon yang bermigrasi di Mesir. Penerjemahan fiksi-fiksi Barat ke dalam Bahasa Arab dan menghidupkan kembali maqa>mah telah mengawali kemunculan novel Arab. Dua situasi ini satu sisi memberikan jalan atau gerbang terciptanya novel-novel Arab, dan sisi yang lain menampilkan perdebatan seputar akar-akar novel Arab. Perdebatan dimulai dari pendapat yang mengatakan bahwa novel Arab merupakan genre impor dari Barat dengan dibuktikan Sejarah Pra Kemunculan Novel Arab SK Akreditasi No 64a/DIKTI/Kep/2010 205adanya keterpengaruhan penerjemahan-penerjemahan fiksi Barat. Pendapat yang lain, novel adalah asli Arab dengan dibuktikan bahwa masyarakat Arab sangat familier dengan cerita-cerita sepanjang sejarah dari masa pra-Islam. Pendapat yang terakhir adalah pendapat yang memadukan dua pendapat ekstrem di atas. Menurut pendapat ini, novel memiliki akar di Barat juga di Arab sendiri. Dua akar ini kemudian melahirkan karya novel yang berbeda dengan fiksi Barat pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA Al-Fa>khu>ri>, Hannan. Al-Jami’ fi al-Ta>rikh al-Adab al-Arabi>, al-Adab al-h{adi>ts. Beirut Da>r al-Jael. Allen, Roger. 1995. The Arabic Novel An Historical and Critical Introduction. Second Edition. New York Syracuse University Press. Al-Syant}i, Muh}ammad S}a>lih}, Dr. 1992. al-Adab al-Arabi> al-H}adi>s?, Mada>risuhu, wa fununuhu wa T}atawwuruhu wa Qad}aya>hu wa Nama>z}iju Minhu. Al-Mamlakah al-Arabiyyah as-Su’udiyah Da>r al-Andalus. Brugman, J. 1984. An Introduction to the History of Modern Arabic Literature in Egypt. Leiden Brill. Cachia, Pierre. 1990. An Overview of Modern Arabic Literature. Edinburg University Press. Haji Abd al-Qa>dir, Zain al-A>bidin. 1987. Mudzakarat fi Ta>ri>khi al-Adab al-Arabi> li al-Qismi al-Taujihi. Kuala Lumpur Dewan Dahasa dan Pustaka. Khu>rsyi>d, Fa>ru>q. 1982. Fi> al-Riwa>yah al-Arabiyyah Asra al-Tajmi’. Beirut Da>r al-Syuru>q. Moh. Wakhid Hidayat Adabiyyāt, Vol. 10, No. 1, Juni 2011 206Moosa, Matti. 1997. The Origin of Modern Arabic Fiction. America Lynne Rienner Publisher. Moretti, Franco, 2008, The Novel History and Theory, dalam , diakses tanggal 30 Juni 2011. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Apa Itu Sastra? Mursal Esten Terry Eagleton Atar Semi Panuti Sudjiman Ahmad Badrun Sastra dalam Peradaban Islam 15 Tokoh-Tokoh Muslim Penulis Terkenal Jalaludin Muhammad Rumi Abu Nawas Al- Hasan Ibnu Hani al Hakami Khaled Hosseini Muhammad Hafez Shirazi Naguib Mahfouz Malala Yousafzai Amani Al- Khatahtbeh Achmad Ibnu Husain Abdul Ula Al- Ma’arif Muhammad Qosim Al- Harisi Ibnu Tufail Omar Khayyam Abdul Athiya Ismail Ibnu Qosim Muti Ibnu Ilyas Muhammad Iqbal Tokoh muslim penulis terkenal. Mengenal 15 tokoh muslim penulis terkenal adalah sebuah hal penting bagi siapa saja, terutama kamu yang terjun di dunia kepenulisan. Bicara mengenai sastra maka tidak hanya membahas mengenai sastra Indonesia maupun sastra Inggris. Melainkan juga membahas mengenai sastra Arab yang memiliki sejumlah tokoh terkemuka di dunia. Sebelum mengenal tokoh-tokoh sastrawan atau penulis terkenal dari umat muslim tersebut. Mari kenali dulu pembahasan mengenai sastra. Dimana sastra termasuk ke dalam literatur yang menyediakan banyak referensi untuk ilmu pengetahuan sekaligus inspirasi cerita. Inspirasi ini kemudian diangkat menjadi pertunjukan teater, film, musik, dan lain-lain. Sejak dulu hingga sekarang sudah banyak sastrawan besar lahir dan menyediakan karya yang dikenal oleh dunia. Selain itu beberapa diantaranya termasuk ke dalam sastrawan lokal yang karyanya dikenal sebatas di negara asal sastrawan tersebut. Tidak tertutup kemungkinan kamu nantinya juga bisa menjadi salah satu sastrawan terkemuka. Supaya bisa sampai di titik tersebut, maka perlu mengenal apa itu sastra termasuk juga perkembangan sastra dalam peradaban Islam. Simak ulasannya di bawah ini. Apa Itu Sastra? Hal pertama yang akan dipahami dan dipelajari dari 15 tokoh muslim penulis terkenal adalah definisi dari sastra. Kenapa? Sebab penulis Islam atau novelis Islam termasuk ke dalam daftar sastrawan. Alangkah baiknya membahas dulu mengenai definisi dari sastra yang merupakan bidang dimana karya-karya mereka bermuara. Sastra diketahui sebagai salah satu ungkapan ekspresi manusia dalam bentuk tulisan atau lisan yang didasarkan pada pemikiran, pendapat, pengalaman, maupun perasaan imajinatif dan data asli fakta di lapangan yang dikemas dengan menggunakan bahasa yang disusun secara estetis atau indah dan menarik. Dalam bahasa Inggris sastra berasal dari kata “littera” yang memiliki arti “tulisan yang bersifat pribadi”. Sedangkan dalam bahasa Arab, sastra berasal dari kata “adab” yang memiliki arti “mengajak seseorang untuk makan”. Sehingga sastra merupakan suatu karya tulisan yang menyiratkan kesopanan, budaya, dan juga pengayaan. Baca Juga 7 Tips Menjadi Penulis Pemula Sukses dan Berintegritas Sastra kemudian didefinisikan oleh beberapa pakar yang kemudian memperjelas definisi sastra itu sendiri. Para pakar tersebut diantaranya adalah Mursal Esten Definisi pertama dikemukakan oleh Mursal Esten 1978 yang mendefinisikan sastra sebagai pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat umumnya, melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek positif terhadap kehidupan manusia. Artinya oleh Esten, sastra didefinisikan sebagai pengungkapan fakta artistik dan imajinatif ke dalam bentuk tulisan yang kemudian memberi efek positif atau bermanfaat kepada kehidupan manusia. Sehingga sastra tidak hanya indah untuk dibaca namun juga memberi pesan yang bermanfaat bagi pembacanya. Terry Eagleton Sedangkan menurut Terry Eagleton 2010, sastra diartikan sebagai karya tulisan indah belle letters yang mencatatkan sesuatu dalam bentuk bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dililitkan, dipanjang pendekan dan diputarbalikan, dijadikan ganjil atau cara penggubahan estetis lainnya melalui alat bahasa. Atar Semi Atar Semi 1988 juga menjelaskan mengenai definisi dari sastra. Menurutnya sastra merupakan Suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya atau subjeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medium. Panuti Sudjiman Panuti Sudjiman 1990 kemudian juga memberikan definisi terhadap sastra. Menurut Sudjiman, sastra merupakan karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapanya. Ahmad Badrun Ahmad Badrun 1983 menjelaskan bahwa sastra merupakan kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan simbol-simbol lain sebagai alat untuk menciptakan sesuatu yang bersifat imajinatif. Baca Juga Cara Membangun Personal Branding Untuk Penulis Sukses Sastra dalam Peradaban Islam Sastra tentu memiliki masa-masa dimana mulai dikenal dan kemudian berkembang hingga dikenal oleh masyarakat di seluruh dunia. Dilansir dari berbagai sumber, sastra pertama kali berkembang dari kalangan filsuf Yunani dan kemudian terus meluas. Pada suatu titik atau suatu masa, sastra ini kemudian dikenal oleh masyarakat Islam. Sastra kemudian memiliki peran penting dalam mendukung dan menunjang perkembangan peradaban Islam di seluruh dunia. Sejarah dari sastra Islam sendiri tidak terlepas dari perkembangan sastra Arab. Sebab bahasa Arab merupakan bahasa suci umat Islam yang kemudian menjadi bahasa di dalam kitab suci Al-Quran. Bahasa Arab dalam bentuk Qurani kitab Al-Quran kemudian menjadi media yang mampu memenuhi kebutuhan religius, sastra, artistik, dan bentuk formal lainnya. Sastra Arab dalam bahasa asalnya dikenal dengan istilah Al-Adab Al-Arabi yang kemudian menampilkan banyak sekali jenis karya. Dimulai dari puisi seperti karya Rumi, prosa, fiksi, sampai ke sastra dalam bentuk drama. Perkembangan sastra Arab dimulai di abad ke-16, dan diperkenalkan pertama kali ke masyarakat Arab oleh William Jones 1746 M – 1794 M. Kali pertama sastra dikenal masyarakat Arab adalah ketika agama Islam belum hadir, sehingga terjadi di masa Jahiliyah. Sastra Arab mulai berkembang meskipun tidak begitu pesat, dan masih sedikit sekali sastrawan yang mulai membuat karya. Kebanyakan sastra yang lahir di masa Jahiliyah tersebut berisi tentang penggambaran rasa bangga terhadap diri sendiri, suku, keturunan, dan juga terhadap cara hidup masyarakat di masa tersebut. Setelah Islam mulai masuk dan tumbuh di Arab, sastra kemudian berkembang dengan sangat pesat. Didorong oleh Al-Quran yang semakin mendorong perkembangannya, sebab memiliki bahasa yang indah. Makna di dalam Al-Quran kemudian juga mampu mengubah kebudayaan masyarakat secara keseluruhan. Sejak masa tersebut, kemudian semakin banyak tokoh muslim yang nantinya ada 15 tokoh muslim penulis terkenal yang akan dijelaskan di bawah. Mulai menghasilkan karya-karya emas, beberapa kemudian karyanya dikenal oleh dunia dan masih menjadi salah satu referensi sastra terbaik sampai saat ini. Baca Juga 20 Penulis Novel Terkenal Indo dan Luar + List Bukunya 15 Tokoh-Tokoh Muslim Penulis Terkenal Perkembangan sastra Arab yang kemudian melahirkan sastrawan muslim atau penulis muslim terkemuka. Kemudian ikut memberi pengaruh terhadap perkembangan sastra di seluruh dunia, karya-karya yang lahir bahkan beberapa terbilang legendaris. Jika selama ini kamu hanya mengenal sastrawan Inggris atau mungkin para penulis di era modern alias penulis baru. Maka bisa mulai berkenalan dengan tokoh-tokoh muslim penulis terkenal yang ternyata cukup banyak. Jumlah karya yang mereka hasilkan pun tidak sedikit, dan beberapa bahkan masih dikenal luas oleh masyarakat dunia sampai sekarang. Berikut adalah 15 tokoh muslim penulis terkenal yang kemudian karyanya mampu memberikan ide dan inspirasi kepada banyak orang Jalaludin Muhammad Rumi Tokoh Islam atau muslim pertama yang dikenal dunia lewat karya tulisnya adalah Jalaludin Muhammad Rumi yang dikenal juga sebagai Rumi. Rumi merupakan penulis besar yang lahir di Afghanistan pada 30 September 1207 yang tidak hanya dikenal sebagai penulis. Namun juga dikenal sebagai penyair dan pemikir yang sangat disegani oleh masyarakat luas. Hasil pemikiran Rumi menganut paham sufisme yang kemudian menjadikan karya-karyanya punya ciri khas. Salah satunya memiliki bahasa yang halus namun kaya akan makna dan memberikan pencerahan yang memikat. Semua karya tulisnya menjadikan Allah sebagai pusat karyanya dan kemudian menjadi kekuatan tersendiri. Memasuki abad ke-21, sekalipun Rumi sudah meninggal di usia 66 tahun pada 17 Desember 1273 namun karyanya masih mempengaruhi banyak penyair dan penulis di dunia seperti Al Matsnawi Al Maknawi. Abu Nawas Al- Hasan Ibnu Hani al Hakami Pengisi daftar 15 tokoh muslim penulis terkenal berikutnya adalah Abu Nawas AL- Hasan Ibnu Hani al Hakami. Masyarakat dunia lebih mengenalnya dengan nama Abu Nawas, apakah kamu cukup familiar dengan nama penulis satu ini? Abu Nawas merupakan salah satu tokoh sastrawan Islam dunia yang diketahui meninggal pada tahun 810 M. Selain dikenal sebagai penulis, Abu Nawas juga dikenal sebagai penyair yang mengusung tema mengenai cinta dan juga anggur. Banyak karyanya mendunia dan terkenal sampai sekarang. Abu Nawas juga menjadi tokoh dalam karyanya sendiri, yang kemudian menjadi legenda dan dongeng yang diceritakan secara turun-temurun. Abu Nawas digambarkan sebagai sosok cerdik yang selalu mampu membantu Sultan Harun Al Rasyid dalam menyelesaikan permasalahannya. Karya emas ini berjudul Kisah 1001 Malam. Khaled Hosseini Tokoh muslim yang juga dikenal sebagai penulis terkenal adalah Khaled Hosseini yang merupakan seorang dokter kelahiran Afghanistan pada 4 Maret 1965. Hosseini dikenal sebagai novelis terkenal di dunia, sampai sekarang. Beberapa karyanya kemudian diangkat ke layar lebar, yakni ketika mendapat suaka di Amerika Serikat. Hosseini diketahui pada masa akhir perang di Afghanistan mendapatkan suaka atau perlindungan di Amerika Serikat. Selama menetap di Negeri Paman Sam, Hosseini terus menghasilkan banyak karya emas. Seperti The Kite Runner yang pada tahun 2003 kemudian diangkat ke film layar lebar. Baca Juga Contoh Biodata Penulis dan Cara Membuatnya Muhammad Hafez Shirazi Pengisi daftar 15 tokoh-tokoh muslim penulis terkenal berikutnya adalah Muhammad Hafez Shirazi yang memiliki nama pena Hafez. Hafez merupakan penulis muslim dari Persia yang mulai menyusun karya-karya emasnya di abad ke-14. Penulis dan penyair Islam terkenal satu ini lahir di tahun 1310 di Shiraz, Iran. Selama hidupnya, Hafez banyak menulis puisi, syair, peribahasa, dan juga ungkapan. Tidak banyak sumber yang menjelaskan sosoknya, namun namanya tetap dikenal sebagai salah satu tokoh penulis Islam terkemuka. Naguib Mahfouz Penulis muslim terkenal lainnya adalah Naguib Mahfouz yang merupakan penulis kelahiran Mesir, tepatnya di Kairo pada 11 Desember 1911. Mahfouz sendiri diberi nama oleh ibunya dan diambil dari nama dokter yang membantu proses persalinannya. Selain aktif menulis, Mahfouz juga diketahui menjabat sebagai pegawai negeri di Mesir. Selama hidupnya, Mahfouz tercatat sudah menulis 34 judul novel, 350 cerita pendek, dan puluhan draft film maupun drama. Pada tahun 1998, Mahfouz kemudian menerima hadiah Novel Sastra, dan dirinya berpulang di tahun 2006. Malala Yousafzai Daftar 15 tokoh-tokoh muslim penulis terkenal memang didominasi oleh penulis pria, namun ada satu perempuan yakni Malala Yousafzai. Merupakan penulis yang berasal dari Pakistan, dan namanya sangat terkenal apalagi awal perjalanan karirnya dimulai dengan perjuangan melawan tradisi yang mengekang perempuan. Baca Juga 13 Cara Menjadi Penulis Novel & Buku Profesional Karya tulisnya yang dikenal dunia berjudul Saya Malala Gadis yang Bersiap untuk Pendidikan dan DItembak Taliban. Karya ini menjadi tanda bagaimana perjuangan Malala berhasil melawan pengekangan terhadap perempuan dan dalam menempuh pendidikan. Amani Al- Khatahtbeh Selain Malala, masih ada nama Amani Al Khatahtbeh yang merupakan perempuan muslim kelahiran New Jersey, Amerika Serikat pada 6 Mei 1992. Namanya tercatat sebagai tokoh penulis Islam karena berhasil membuahkan tulisan dalam blog pribadinya. Tulisan-tulisan ini kemudian mengubah pandangan dunia. Terutama masyarakat di Amerika Serikat yang memiliki pandangan negatif setelah tragedi 9/11. Namanya semakin terkenal ketika mendirikan platform dan dalam waktu singkat menjadi platform muslimah terbesar di dunia barat. Achmad Ibnu Husain Tokoh terkenal Islam yang juga dikenal sebagai penulis terkemuka adalah Achmad Ibnu Husain yang lebih dikenal dengan nama pena Al Mutanabbi. Nama lengkapnya sendiri adalah Abu al Thayyib Ahmad ibn Hussain yang dikenal dunia sebagai penyair besar dari Arab. Penyair besar satu ini lahir di tahun 915 M dan wafat pada 965 M. Sebagian besar karyanya sendiri masuk ke dalam puncak tak tertandingi dalam kesusastraan Arab. Meskipun sempat menjadi pemimpin pemberontakan dan pada usia 17 tahun mengaku sebagai Nabi, namun karyanya di bidang sastra memang sudah diakui dunia. Abdul Ula Al- Ma’arif Selanjutnya adalah Abdul Ula Al Ma’arif yang dikenal dunia sebagai penyair besar, penulis prosa, dan penulis cerdas. Abdul Ula lahir di tahun 973 M dan selama hidupnya dikenal memiliki kepribadian yang moralis, rendah hati, dan mampu menyampaikan kritik yang tajam. Baca Juga 11 Daftar Penulis Sukses di Indonesia dan Karya-karyanya Muhammad Qosim Al- Harisi Tokoh muslim penulis terkenal berikutnya adalah Muhammad Qosim Al Harisi yang mengikuti jejak Jalaludin Rumi. Karyanya kebanyakan dalam bentuk masnawi. Melalui karyanya pula, Muhammad Qosim mampu menuntun peradaban barat. Adapun bentuk karyanya memang sebagian besar adalah syair Islami. Ibnu Tufail Jika membahas mengenai 15 tokoh-tokoh muslim penulis terkenal di dunia maka nama Ibnu Tufail dijamin masuk ke dalam daftar tersebut. Nama lengkap penulis muslim satu ini adalah Abu Bakar Muhammad ibnu Abdul Malik ibnu Muhammad ibnu Tufail Al-Qaisi. Selain dikenal sebagai seorang filsuf, Ibnu Tufail juga diketahui merupakan seorang dokter. Karyanya di bidang sastra atau tulisan kebanyakan berbentuk prosa, dan salah satu karya emasnya adalah Hay Ibnu Zaqzhon Hidup, anak si Jaga. Omar Khayyam Berikutnya adalah Umar Khayyam yang lebih dikenal dengan nama Omar Khayyam dan merupakan salah satu penyair besar, filsuf, dan juga astronomi dan ahli Matematika dari Persia yang saat ini dikenal sebagai Iran. Salah satu karyanya adalah Rubaiyat yang merupakan karya besarnya. Abdul Athiya Ismail Ibnu Qosim Tokoh muslim yang menekuni dunia kepenulisan berikutnya adalah Abdul Athiya Ismail Ibnu Qosim. Penulis besar satu ini diketahui lahir pada 738 M dan meninggal pada 826 M. Kebanyakan karyanya dalam bentuk syair yang kemudian masih dikenal luas oleh pecinta sastra dari berbagai negara. Muti Ibnu Ilyas Tokoh penulis muslim besar berikutnya adalah Muti Ibnu Ilyas yang hidup di masa Bani Umayyah. Penulis muslim satu ini merupakan muslim kelahiran Palestina, dan kebanyakan karyanya dalam bentuk syair. Dimana bentuk syair tersebut tidak berbeda jauh dengan syair-syair karya Abu Nawas. Muhammad Iqbal 15 tokoh-tokoh muslim penulis terkenal selanjutnya adalah Muhammad Iqbal yang merupakan penulis besar dari Pakistan. Dikenal dunia sebagai penulis buku, dan salah satu judul karyanya yang kemudian dikenal banyak orang di dunia adalah Javid Namah. Kebanyakan tokoh penulis muslim diatas tentu tidak kamu kenal, kecuali karyanya dan beberapa sumber terbatas di internet. Sebab kebanyakan memang lahir dan menghasilkan karya di masa-masa awal perkembangan sastra Arab. Kecuali untuk beberapa nama penulis modern yang disebutkan dalam daftar di atas.

novel dalam bahasa arab